Assalaamu'alaikum wr. wb... Kali ini Saya akan membahas salah satu
tokoh besar Islam... Sang Pedang Allah. Kawan-kawan pasti tahu itu :)
SangPedang Allah itu tak lain dan tak bukan yaitu Khalid bin Walid ra
Khalid bin Walid bin Mughirah bin Abdullah bin Umair bin Makhzum. Ia dijuluki
saifullah (pedang Allah). Ia seorang pahlawan Islam, panglima para mujahid, dan pemimpin pasukan yang selalu dibantu Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
Ia tak pernah terkalahkan baik di masa jahiliah maupun setelah Islam.
Ia memiliki ide-ide yang cemerlang, keperkasaan yang tiada
tara, dan taktik yang jitu. Ia termasuk salah seorang juru tulis Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Gelarnya/kun-yahnya adalah Abu Sulaiman
Ayahnya bergelar Abdu Syams. Ia salah seorang hakim di kalangan bangsa
Arab pada masa jahiliah. Ia juga salah seorang pemimpin terkemuka suku
Quraisy. Kekayaan yang dimilikinya sangat banyak, sampai seluruh suku
Quraisy mesti berkumpul untuk membungkus Ka’bah dengan kiswah sementara
ia cukup sendirian saja melakukannya. Ia termasuk orang yang
mengharamkan
khamr di masa jahiliah. Ia sempat bertemu dengan
masa Islam pada saat berusia sangat lanjut, akan tetapi ia memusuhi
Islam dan menentang dakwahnya, sampai ia meninggal tiga bulan setelah
hijrah.
Ibunya bernama Ashma’ atau yang dikenal dengan Lubabah kecil; putri
al-Harits bin Harb al-Hilaliah. Ia adalah saudari Lubabah besar; istri
Abbas ibn Abdul Muththalib. Keduanya merupakan saudari Maimunah binti
al-Harits; istri Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Khalid bin Walid adalah seorang penunggang kuda yang tangguh dan
pahlawan suku Quraisy. Ia terjun dalam Perang Badar, Perang Uhud, dan
Perang Khandak di barisan
kaum musyrikin. Kemudian, ketika Allah
Subhanahu wa Ta’ala menginginkan
kebaikan untuknya, Allah
Subhanahu wa Ta’ala memasukkan rasa cinta Islam ke dalam hatinya.
Khalid bin Walid telah mengikuti berbagai peperangan. Tak sejengkal pun
bagian tubuhnya melainkan terdapat “cap” syuhada (bekas besetan pedang
atau tusukan tombak). Ia pernah berkata, “Malam di kala aku dihadiahi
seorang pengantin atau aku diberi kabar gembira dengan kelahiran anakku
tidaklah lebih aku sukai daripada malam yang sangat dingin dalam barisan
pasukan kaum Muhajirin di saat paginya aku akan berhadapan dengan
musuh.
Walid Mengajaknya Masuk Islam
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke kota Mekah
dalam rangkaian umrah qadha. Ikut bersama Rasulullah, al-Walid bin
Walid –saudara Khalid bin Walid– yang telah lebih dahulu masuk Islam
daripada Khalid.
Walid mencari-cari saudaranya, Khalid, tetapi tidak menemukannya. Ia pun menulis sepucuk surat kepada saudaranya.
“
Bismillahirrahmanirrahim. Amma ba’d. Sesungguhnya aku tak menemukan sesuatu yang lebih mengherankan daripada jauhnya pikiranmu dari Islam. Engkau seorang yang
cerdas. Tak seorang pun yang tidak mengenal agama seperti Islam. Aku pernah ditanya suatu kali oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang dirimu. Beliau bertanya,
‘
Mana Khalid?’
Aku menjawab, ‘Semoga Allah memberinya hidayah.’
Beliau bersabda lagi,
‘
Orang seperti Khalid tidak mengenai Islam? Andaikan ia gunakan kehebatan dan ketangguhannya –yang selama ini ia gunakan untuk yang lain– bersama kaum muslimin, tentu akan lebih baik baginya.’
Bergegaslah wahai saudaraku untuk menjemput peluang-peluang kebaikan yang sempat luput darimu.
Kisah Islamnya Khalid bin Walid
Khalid bin Walid menerima surat dari saudaranya. Surat itu dibacanya dengan seksama. Ia sangat gembira mengetahui bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah bertanya tentang dirinya.
Hal itu semakin mendorongnya untuk
masuk Islam. Akhirnya Khalid mengarahkan jiwa dan nuraninya pada agama
baru yang setiap hari benderanya semakin naik dan berkibar. Cahaya
keyakinan pun mulai berkilau di hatinya yang suci. Ia berkata dalam
hatinya, “Demi Allah, sungguh jalan inilah yang kurus. Sesungguhnya dia
(Muhammad) memang benar-benar seorang rasul. Sampai kapan? Demi Allah
aku harus segera menemuinya untuk mengutarakan keislamanmu.”
Pada malam itu Khalid bermimpi seperti berada di sebuah daerah sempit
dan gersang. Tak ada tanaman dan tak ada air. Kemudian ia pergi menuju
daerah yang hijau dan luas. Setelah bangun, Khalid berkata dalam hati,
“sungguh ini sebuah mimpi yang baik.”
Khalid keluar dari rumahnya. Ia sudah bertekad untuk menemui Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mimpi yang ia alami semalam terus melekat dalam pikirannya dan
seolah-olah berada di depan kedua matanya. Ia mencari seseorang yang
bisa menemaninya menemui Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Di tengah jalan ia bertemu dengan Shafwan bin Umayyah. Khalid berkata
pada Shafwan, “Wahai Abu Wahb, tidakkah engkau perhatikan kondisi kita?
Kita ibarat gigi geraham sementara Muhammad telah menguasai bangsa Arab
dan non-Arab. Kalau kita datang menemui Muhammad lalu kita ikuti
langkahnya, niscaya kemuliaan Muhammad juga kemuliaan kita.”
Shafwan bin Umayyah sangat enggan menerima ajakan Khalid. Ia berkata,
“Andaikan tak ada lagi yang tersisa selain diriku sendiri, sungguh aku
tak akan pernah mengikutinya selama-lamanya.”
Akhirnya Khalid bin Walid meninggalkan Shafwan bin Umayyah. Ia
berkata dalam hati, “Orang ini, saudara dan bapaknya terbunuh di Perang
Badar.”
Kemudian Khalid berjumpa dengan Ikrimah bin Abu Jahal. Khalid berkata
kepada Ikrimah seperti yang dikatakannya kepada Shafwan bin Umayyah.
Jawaban yang diberikan Ikrimah juga sama dengan jawaban Shafwan bin
Umayyah.
Lalu Khalid kembali ke rumahnya dan mempersiapkan kudanya. Ia mulai
melangkah. Tiba-tiba ia bertemu dengan Utsman bin Thalhah yang merupakan
sahabat dekatnya. Ia menyampaikan rencananya untuk menemui Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ternyata Utsman menerima ajakannya. Akhirnya keduanya pergi dengan
tujuan yang sama. Di jalan mereka bertemu dengan Amru bin Ash. Amru
berkata pada keduanya, “
Marhaban.”
“
Marhaban bika,” balas keduanya.
“Mau ke mana kalian?” tanya Amru.
“Apa yang menyebabkan engkau keluar di waktu begini?” keduanya balik bertanya.
“Kalau kalian, apa yang menyebabkan kalian keluar?” Amru balas bertanya.
“Untuk masuk Islam dan mengikuti Muhammad,” jawab Khalid dan Utsman serentak.
“Itulah yang membuat aku datang ke sini,” timpal Amru sambil tersenyum.
Mereka berangkat sampai tiba di Madinah. Di jalan, sebelum bertemu
Rasulullah, Khalid bertemu dengan saudaranya; al-Walid. Al-Walid
berkata, “Cepatlah. Sesungguhnya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengetahui kedatanganmu dan beliau sangat gembira dengan kedatanganmu. Beliau sedang menunggu kalian.”
Mereka memeprcepat langkah dan segera masuk menemui Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Khalid lebih dulu masuk dan ia segera menyampaikan salam pada Rasulullah. Rasulullah membalas salamnya dengan wajah berseri.
Khalid segera berucap, “Sesungguhnya aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa engkau adalah utusan Allah.”
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“
Mari ke sini!”
Ketika Khalid bin Walid sudah mendekat, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“
Segala puji bagi Allah yang telah menunjukimu. Aku memang sudah melihat kecerdasan dalam dirimu dan aku berharap semoga kecerdasan itu membawamu pada kebaikan.”
Setelah membaiat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Khalid berkata, “Wahai Rasulullah, aku telah banyak berada pada posisi
yang menentang kebenaran, maka berdoalah kepada Allah untuk
mengampuniku.”
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“
Islam akan menghapus segala dosa yang telah berlalu.”
Khalid melanjutkan, “Wahai Rasulullah, doakanlah aku!”
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“
Ya Allah, ampunkanlah Khalid atas segala perbuatannya yang menghalangi manusia dari jalan-Mu.”
Kemudian Utsman bin Thalhah dan Amru ibnul Ash pun maju dan membaiat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Setelah
masuk Islam Khalid bin Walid ikut berjihad di jalan Allah. Beberapa
peperangan ia pimpin salah satunya yaitu Perang Yarmuk melawan Bangsa
Romawi yang dipimpin Khalid dan hasilnya Islam berhasil meraih
kemenangan gemilang. Dan perlu kawan-kawan ketahui semua perang yang
diikuti Khalid bin Walid baik ketika belum memeluk Islam ataupun sesudah
memeluk Islam hasilnya 100% kemengan!!! Salah satu perang yang dipimpin
Khalid bin Walid ketika masih belum memeluk Islam yaitu Perang Uhud
dimana Kaum Muslimin menderita kekalahan.
Ketika
Khalifah dipimpin Umar bin Khatttab posisi Khalid sendiri dicopot
dikarenakan kaum-kaum Muslimin menganggap kemenangan itu karena Khalid
bin Walid dan bukan karena Allah....
Wafatnya Khalid bin Walid
Sekarang tibalah saatnya sang pahlawan untuk istrirahat. Bumi tak
pernah menyaksikan sosok sepertinya yang membuat seorang ‘musuh’ tak
bisa tenang. Tibalah saatnya bagi tubuhnya yang letih untuk
beristirahat. Dialah yang disifati oleh sahabat dan musuhnya sebagai
‘seseorang yang tidak pernah tidur dan tidak membiarkan orang lain
tidur.’
Tapi baginya, andaikan disuruh memilih tentu ia akan memilih agar
usianya dipanjangkan oleh Allah beberapa tahun lagi untuk meneruskan
perjuangan menghancurkan benteng-benteng kekafiran dan kemusyrikan serta
melanjutkan amal dan jihad di jalan Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
Di saat ajal akan menjemput Khalid bin Walid, ia menangis dengan
pilu. Adalah sebuah tragedi baginya ketika hidupnya berakhir di atas
kasur sementara ia telah menghabiskan usianya di atas punggung kuda dan
di bawah kilatan pedang untuk berperang bersama Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam,
membungkam pelaku-pelaku kemurtadan dan meratakan singgasana Persia di
Irak dan Romawi di Syam dengan tanah.
Ia berkata, “Aku telah merasakan
ini dan itu di medan perang dan seluruh bagian dari tubuhku terdapat
bekas pukulan pedang, lemparan panah, atau tusukan tombak. Tapi sekarang
aku akan mati di atas kasur seperti matinya seekor unta. Tidak akan
pernah tidur mata orang-orang pengecut.”
Kemudian ia berkata lagi, “Aku telah mengejar kematian di tempatnya
tapi aku tidak ditakdirkan untuk mati kecuali di atas kasurku. Tak ada
satu amal pun yang lebih aku harapkan setelah kalimat
lailaha illallah
selain satu malam yang aku lalui dalam keadaan siaga sementara langit
mengguyurkan hujannya sampai pagi. Kemudian pada pagi harinya kami
melancarkan serangan terhadap kaum kafir.”
Khalid bin Walid sangat mencintai jihad fi sabilillah. Ia pernah
berkata, “Aku tidak tahu dari hari yang mana aku hendak lari; apakah
dari hari yang Allah berkehendak untuk menghadiahkan syahadah kepadaku
ataukah dari hari yang Allah berkehendak untuk menghadiahkan kemuliaan
kepadaku (dengan kemenangan yang gemilang)?”
Ketika Abu Darda
radhiallahu ‘anhu datang menjenguknya di
akhir-akhir kehidupannya, ia berwasiat kepada Abu Darda, “Sesungguhnya
kuda dan senjataku sudah aku infakkan untuk digunakan demi jihad fi
sabilillah, sementara rumahku di Madinah untuk disedekahkan dan aku
sudah meminta Umar ibnul Khaththab sebagai saksinya. Dialah sebaik-baik
penolong terhadap Islam dan aku sudah limpahkan wasiat dan
pelaksanaannya kepada Umar.”
Ketika hal itu sampai kepada Umar ibnul Khaththab
radhiallahu ‘anhu, ia berkata, “Semoga Allah
Subhanahu wa Ta’ala
merahmati Abu Sulaiman. Apa yang di sisi Allah lebih baik baginya dari
apa yang ada padanya. Ia telah wafat dalam keadaan bahagia dan hidup
dalam keadaan terpuji. Akan tetapi aku lihat masa tidak akan berhenti.”
Umar ibnul Khaththab ikut mengantar jenazahnya. Ibu Khalid bin Walid
mendendangkan beberapa bait syair yang berisi kelebihan-kelebihan
Khalid. Ia berkata,
Engkau lebih baik dari sejuta kaum
Ketika para tokoh banyak tersalah
Pemberani? Engkau lebih berani dari singa
Laki-laki kuat mempertahankan diri dari anak-anak singa
Dermawan? Engkau lebih dermawan dari hujan yang mengguyur menggenangi lembah-lembah
Mendengar itu Umar ibnul Khaththab berkata, “Demi Allah, engkau benar. Sesungguhnya ia memang demikian adanya.”
Ini ada link video Khalifah yang menceritakan Khalid bin Walid : https://www.youtube.com/watch?v=xvUIn_gBRfY
Sekian dulu, semoga bermanfaat... Wassalaam..
sumber : kisahmuslim.com